Friday, September 16, 2011

Keseimbangan Antara Penghidupan dan Kehidupan

Mana yang harus didahulukan; penghidupan ataukah kehidupan? Idealnya, keduanya bisa berjalan saling beriringan. Namun, hal itu bukan soal yang mudah. Kebutuhan nafkah sering menempatkan saya pada situasi dimana ‘mendapatkan’ sesuatu harus menjadi prioritas sehingga ‘memberikan’ sesuatu sering terabaikan. Awalnya saya percaya bahwa ‘nanti kalau saya sudah sukses’ maka saya akan bisa ‘memberi atau melakukan sesuatu’ untuk orang lain. Namun, kenyataannya saya tidak pernah sampai kepada titik yang bernama ‘nanti’ itu. Hal itu berlangsung terus sampai saya menemukan bahwa kita bisa berkontribusi melalui hal-hal yang paling sederhana.


Ayo kita liat nilai tambah apa aja yg harus ada di pribadi kita :

  1. Berkontribusi tidak selalu berupa materi
    Selama masih mengira bahwa berkontribusi harus selalu dengan materi maka seseorang akan selalu dihadapkan kepada perbenturan antara kebutuhan keluarganya dengan ‘panggilan hati’. Oleh sebab itu, wacana kontribusi sering menjadi seperti hak istimewa orang-orang yang memiliki kelapangan harta. Jika untuk memenuhi keperluan biaya sekolah anak saya saja masih harus pusing tujuh keliling, bagaimana saya bisa melakukan sesuatu bagi orang lain? Untungnya, guru kehidupan saya mengingatkan bahwa memberi tidak harus selalu berupa materi. “Jika Engkau punya tenaga, maka tenagamu adalah sumberdaya utama dalam berkontribusi,” begitu nasihatnya. Mungkin dengan waktu, atau ilmu yang Engkau miliki. Mungkin dengan sekedar sebuah kalimat penyemangat. Atau, bahkan sekedar dengan senyum yang menyenangkan hati orang-orang yang melihatmu. Ada banyak cara untuk berkontribusi. Dan semuanya itu, tidak harus berupa materi.
  2. Menemukan misi hidup
    Kita sering melihat orang-orang yang tanpa lelah terus berkontribusi kepada kehidupan orang lain. Sekalipun untuk itu mereka harus berbagi energy dan usaha. Bahkan disaat hidupnya sendiri sedang ‘tidak terlampau indah’, mereka terus gigih untuk membuat hidupnya berarti. Mengapa begitu? Seseorang mengajarkan sebuah jawaban yang membuat hati saya terpana. “Misi hidup,” katanya. Yakinlah bahwa kehadiran kita di muka bumi bukanlah tanpa misi. Sayangnya, kita sering lupa atas misi yang kita emban itu sehingga kita terlena dalam jibaku perjuangan mempertahankan hidup. Akhirnya kita tenggelam dalam kesibukan mencari penghidupan. Suatu hari, seseorang bertanya kepada saya “Apa misi hidupmu Nak?” Saya tidak dapat menjawabnya. “Temukan itu didalam hatimu,” katanya. “Tanpa itu, Engkau tidak akan pernah menjadi rahmatan lil’alamin”
  3. Hidup bukan sekedar soal duniawi
    Kita sudah sejak lama percaya akan adanya kehidupan setelah kematian. Jika hal itu benar, maka setiap tindakan kita selama hidup di dunia menjadi patokan seberapa baiknya kualitas kehidupan kita dialam setelah kematian. Semakin banyak kontribusi yang kita berikan semasa hidup, semakin baik pula apa yang bisa kita dapatkan di dunia baru yang kelak akan kita huni. Jika kontribusi kita hanya sedikit, barangkali hanya sedikit juga apa yang akan kita dapat. Lantas, bagaimana jadinya kehidupan kita nanti jika kita tidak berkontribusi sama sekali? Pantaslah jika guru kehidupan saya selalu mengingatkan bahwa;”sebaik-baiknya manusia adalah dia yang paling banyak memberi manfaat bagi orang lain.” Beliau mengingatkan agar tidak terlalu sering terjebak untuk mengurusi kepentingan-kepentingan pribadi semata. Apalagi sampai terjebak dalam ego yang menutupi hati sehingga sangat sulit untuk dimasuki panggilan-panggilan suci. Padalah, hidup bukan sekedar soal duniawi.
  4. Bertemanlah dengan orang-orang yang positif
    Hidup adalah pertanda masih adanya energy didalam diri kita. Sedangkan energy didalam setiap individu merupakan perpaduan antara energy positif dan energy negatif. Maka wajar jika bentuk aliran energy didalam diri kita sangat dipengaruhi oleh bentuk energy yang ada di sekitar kita. Sangat sulit untuk menjadi positif jika kita dikelilingi oleh orang-orang yang bersikap negatif, misalnya. Atau sebaliknya, saat berinteraksi dengan orang-orang yang bersikap dan bertindak secara positif, kita jadi lebih mudah untuk melakukan hal-hal yang positif. Hal itu pasti terjadi baik secara terpaksa maupun sukarela. Di lingkungan orang-orang positif kita akan ikut ‘terbawa arus’ positif. Jadi jika ingin ‘merasa ringan hati’ saat melakukan hal-hal yang positif, maka sebaiknya kita memperbanyak teman yang bersikap positif.
  5. Memberi ruang kepada orang-orang yang berkontribusi
    Meskipun kita percaya bahwa cara untuk berkontribusi itu begitu banyaknya, tetapi tidak berarti kita bisa ikut berkontribusi. Boleh jadi karena kondisi tidak memungkinkan. Atau mungkin karena kita tidak ingin berkontribusi saja. Bagaimana pun juga kita adalah tuan bagi kehidupan kita sendiri sehingga kita berhak untuk menentukan apapun yang ‘kita lakukan’ atau ‘tidak kita lakukan’. Namun, kebebasan itu juga berarti bahwa kita tidak memiliki hak untuk menghalangi orang lain yang hendak berkontribusi untuk kehidupan dunia yang lebih baik. Artinya, bersamaan dengan kewenangan kita untuk menentukan pilihan hidup kita sendiri terselip sebuah kewajiban untuk menghargai aspirasi orang lain untuk berkontribusi. Maka sudah sepatutnya kita memberi ruang kepada orang-orang yang berkontribusi, bukan? Sebentar dulu. Jika Anda memberi ruang kepada orang-orang yang hendak berkontribusi; maka sesungguhnya Anda pun sudah berkontribusi lho.
K e s i m p u l a n
Jika kita masih percaya akan keberadaan sisi baik dan sisi buruk dalam diri kita, maka kita pasti percaya bahwa kita bisa berkontribusi untuk menebarkan nilai-nilai kebaikan yang kita miliki. Untuk memulainya, kita bisa bertanya kepada diri sendiri; nilai-nilai kebaikan apa yang bisa saya kontribusikan hari ini?

Notes
Banyak orang bersedekah karena percaya bahwa harta mereka akan bertambah banyak seiring dengan semakin banyaknya sedekah yang mereka berikan. Agar semakin bersemangat untuk berbagi kebaikan dengan orang lain, mungkin kita juga harus belajar percaya bahwa kebaikan didalam diri kita akan bertambah seiring dengan bertambahnya kebaikan yang kita tebarkan.

Kata Bijak
Kebahagiaan tidak bisa dikejar, tidak bisa dicari, tidak bisa dimiliki untuk diri sendiri
tidak bisa dihabiskan, tidak bisa rusak dan tidak bisa dibeli.
Kebahagiaan adalah pengalaman spiritual dari menikmati setiap detik kehidupan kita dengan penuh rasa cinta, 
rasa syukur dan terima kasih, serta pengabdian kepada Tuhan yang Menciptakan kita.
-denis waitley-

Dikutip dari sini.
Credit utuk agan om.pongs




Menjadi Pribadi Yang Memiliki Nilai Tambah

Illustrasi


Nilai tambah itu bukanlah terminology yang hanya cocok untuk menjelaskan barang atau jasa yang bagus. Melainkan juga bisa digunakan untuk menjelaskan keberadaan seseorang didalam lingkungannya, terutama dalam lingkungan kerja. Kita semua suka sekali dengan benda yang memiliki nilai tambah. Kita juga suka kepada pelayanan yang bernilai tambah. Kita, juga sangat suka kepada orang-orang yang memiliki nilai tambah didalam dirinya. Maka jika kita bisa menjadi pribadi yang mempunyai nilai tambah bagi lingkungan, kita akan disukai oleh banyak orang. Di kantor, hanya mereka yang mampu memberikan nilai tambah itulah yang kita sebut sebagai karyawan yang unggul. Mereka yang tidak memiliki nilai tambah hanya disebut sebagai karyawan biasa saja, alias mediocre. Agan, tentu tidak terlalu senang kalau disebut mediocre, bukan? 


Di supermarket, kita melihat begitu banyak barang sejenis dengan beragam pilihan. Lantas, apa yang menyebabkan Agan memilih salah satu dari jenis-jenis barang itu? Agan tentu memiliki alasan yang kuat. Mungkin Agan memilih karena harganya yang murah. Mungkin karena kualitasnya yang bagus. Mungkin karena kualitas bagus dengan harga yang ekonomis. Semua alasan yang Agan miliki itu adalah sesuatu yang Agan anggap sebagai nilai tambah. Di setiap kantor, ada begitu banyak karyawan dengan karakter dan perilakunya masing-masing. Mengapa ada karyawan yang disukai orang sekantor, dan mengapa ada yang menjadi bahan pergunjingan? Mengapa ada karyawan yang dihormati meski jabatannya tidak tinggi, dan mengapa ada yang dipaganng sebelah mata? Itu juga soal nilai tambah yang dimilikinya dimata orang lain.


Ayo kita liat nilai tambah apa aja yg harus ada di pribadi kita gan!
  1. Nilai tambah sering terletak pada hal-hal yang sederhana
    Bayangkan ada 5 orang karyawan yang bekerja dalam sebuah unit. Atasan mereka selalu mengawasi dan memberitahu apa yang harus mereka lakukan. Setiap kali ada masalah di unit kerja itu, mereka selalu datang kepada atasan dan meminta petunjuk bagaimana menyelesaikannya. Jika atasan tidak ada, maka mereka menunggunya untuk mendapatkan solusi. Tiba-tiba salah satu dari ke-5 orang itu bilang; “Pak, tolong ajari ane cara menyelesaikan masalah yang timbul agar ane tidak harus menyulitkan Bapak jika hal serupa terjadi lagi.” Itu nilai tambah. Contoh lain. Sekelompok karyawan sudah ‘selesai’ dengan tugasnya. Lalu mereka menunggu perintah atasan selanjutnya sambil kongkow-kongkow di kantin. Salah seorang dari mereka mengambil inisiatif untuk membersihkan perlengkapan kerjanya, merapikan meja kerja, memeriksa lagi kalau-kalau ada yang terlewat saat mengerjakan tugasnya, memastikan laporannya benar-benar lengkap sehingga atasannya tidak harus bolak-balik menelepon. Itu adalah nilai tambah. Perhatikanlah; nilai tambah sering terletak pada hal-hal sederhana seperti itu.

  2. Nilai tambah itu menghemat banyak waktu
    Banyak orang yang enggan memberikan nilai tambah bagi perusahaan karena mengira bahwa hal itu menuntut waktu bekerja yang lebih lama. Nilai tambah tidak sama artinya dengan lembur, atau pulang larut malam. Nilai tambah adalah sesuatu yang kita lakukan dengan kualitas yang melebihi rata-rata karyawan ditempat itu. Misalnya, coba Agan perhatikan, apakah atasan Agan sering kesal karena pekerjaan yang harus diulang-ulang akibat kecerobohan team Agan? Atau mungkin karena kurang lengkapnya data yang disediakan? Jika Agan bisa bekerja secara fokus, teliti, dan komprehensif sehingga hasil kerja Agan nyaris tidak mengandung kesalahan, dan semuanya Agan sajikan dengan lengkap sehingga atasan Agan puas tanpa harus terlebih dahulu mengomel, maka itu adalah nilai tambah. Justru, mereka yang sering membuat kesalahan karena ketidaktelatenan itulah yang memhabiskan waktu lebih lama. Sedangkan Agan yang telaten dan bekerja dengan baik, menghemat banyak waktu. Jadi, nilai tambah Agan itu justru menghemat banyak waktu.

  3. Nilai tambah tidak berada di jalur umum
    Jika Agan ingin memiliki nilai tambah, maka mengikuti arus yang diciptakan oleh kebanyakan orang bukanlah tindakan bijaksana. Kebanyakan orang hanya akan menghasilkan ‘nilai umum’, yaitu nilai rata-rata. Bahkan, jika Agan perhatikan baik-baik, banyak orang yang bahkan nilai pribadinya lebih rendah dari nilai umum. Contoh, berapa banyak orang yang tidak memiliki motivasi untuk bekerja secara maksimal? Mereka bekerja dengan baik? Mungkin. Tetapi, mereka bekerja hanya atas dasar gaji atau juklak belaka. Bahkan, banyak yang asal-asalan. Di back office, banyak orang yang berprinsip; “pokoknya udah gue kerjain!” atau “yang penting muka gua kelihatan jam 8 sampai jam 5”. Mereka tidak memikirkan apa hasil kerjanya. Di lapangan, banyak juga orang yang menyia-nyiakan amanah. Waktu untuk bertemu klien, misalnya. Meski tidak benar-benar bertemu tapi tercatat dalam laporan, lengkap dengan tagan tangan klien yang entah didapatkan dari mana. Apakah Agan bekerja dilapangan atau di back office, nilai tambah tidak terletak pada kebiasaan yang dilakukan oleh kebanyakan orang. Asal dikerjakan, atau asal ‘selesai’. Nilai tambah, adalah soal kualitas kerja yang lebih baik dari orang lain. Artinya, itu tidak berada dijalur umum.

  4. Nilai tambah ada dibalik hal-hal baru
    Tidak semua orang yang berada dalam jalur umum bekerja kurang bagus seperti yang ane uraikan dalam point sebelumnya. Banyak juga orang-orang dijalur umum yang tetap berkinerja bagus. Pada umumnya, mereka adalah orang-orang yang berdedikasi dan berprestasi tinggi. Apakah masih ada nilai tambah yang bisa kita bangun di lingkungan kerja yang sudah bagus itu? Ada. Perhatikanlah, biasanya unit kerja yang berkinerja bagus itu punya efek samping. Apakah efek sampingnya? Mereka cenderung terpaku kepada hal-hal yang itu-itu saja. Kebanyakan orang enggan untuk mengganti metode atau bereksperimen dengan pola, cara, atau hal baru. Kita cenderung ingin bermain aman, sehingga selama bertahun-tahun lamanya tidak beranjak kepada hal lain. Apakah itu bagus? Mungkin. Jika kompetitor tidak melakukan yang lebih baik. Atau pelanggan tidak menuntut lebih banyak. Faktanya tidak selalu begitu. Makanya, kita mempunyai konsep ‘continuous improvement’. Artinya perbaikan terus-menerus, meskipun kita merasa apa yang saat ini dilakukan sudah baik. Agan bisa memperoleh nilai tambah dengan cara belajar hal baru dari orang-orang pilihan yang Agan nilai punya sesuatu yang bernilai lebih.

  5. Nilai tambah berasal dari energy positif
    Hanya orang-orang yang memiliki energy positif yang akan mampu memberi nilai tambah bagi dirinya sendiri. Mereka yang suka mengeluh, mau menang sendiri, atau ingin gampangnya saja; tidak akan bisa memberi nilai tambah. Mengapa? Karena nilai tambah itu membutuhkan komitmen untuk terus melakukan pelatihan baik secara formal maupun informal. Sulit untuk memiliki nilai tambah pribadi jika kita berhenti belajar. Kita perlu terus mencari dan berhubungan dengan orang-orang yang mampu memberi inspirasi, lalu berlajar menyerap energy positif yang dipancarkannya. Untungnya, untuk mendapatkan pencerahan inspiratif itu kita tidak harus selalu mengeluarkan uang. Banyak sekali orang yang bersedia berbagi semangat dan system nilai yang baik secara cuma-cuma. Cari orang-orang seperti itu. Kunjungi blog dan websitenya secara rutin. Dan seraplah energy positifnya. Energy didalam tubuh kita itu kadang naik, kadang juga turun. Maka untuk menjaganya tetap tinggi, kita harus mengisinya terus. Kita membutuhkan para pencerah yang tidak henti-hentinya berbagi semangat.
For Terakhir 
Jika kita masih berperilaku seperti kebanyakan orang, maka kita hanya akan menjadi karyawan biasa-biasa saja, tanpa memiliki keunggulan.

Agan, tentu menginginkan perbaikan dalam karir. Dipromosi kepada jabatan yang lebih tinggi, dan mendapatkan kenaikan gaji serta fasilitas yang bagus. Semua itu hanya akan bisa Agan raih jika Agan menjadi karyawan yang unggul. Sedangkan keunggulan Agan dari kolega-kolega lain sangat ditentukan oleh nilai tambah apa yang bisa Agan berikan kepada perusahaan. Jadi, mulai sekarang; mari belajar dan berkomitmen untuk meberikan nilai tambah yang lebih banyak. Karena hanya dengan cara itu kita bisa menjadi pribadi yang unggul. Baik dihadapan teman-teman. Dimata atasan. Dan terlebih lagi, dalam penilaian Tuhan. Hasilnya? Insya Allah, akan mengikutinya kemudian.

Dikutip dari sini .
Credit untuk agan pwinccessegii 

Habis Manis Sepah Dibuang ???

Illustrasi 



“Habis manis, sepah dibuang,” betapa pandainya para sepuh kita membuat perumpamaan. Orang-orang yang dinilai sudah tidak berguna lagi disisihkan begitu saja. Kadang kita marah, kalau diperlakukan seperti sepah. Padahal, kita juga akan membuang sepah itu jika sudah tidak ada lagi rasa manisnya. Ini soal siapa pelaku dan siapa korbannya saja. Kita tidak suka jadi korban, itu saja. Bukankah kita juga tidak ingin menyimpan sepah dirumah? Wajar jika sepah itu dibuang. Yang tidak wajar adalah yang belum menjadi sepah sudah dibuang. Juga tidak wajar jika kita sudah menjadi sepah, tetapi menuntut orang lain untuk terus menerus menikmati rasa manis yang sudah tidak kita miliki lagi. Ngomong-ngomong, ‘sepah’ itu apa sih?

Meski bukan daerah penghasil gula, namun di rumah masa kecil saya terdapat rumpun-rumpun pohon tebu. Kami menggunakan parang untuk memotong batangnya, lalu mengupas kulitnya. Kemudian memotong batang tebu itu menjadi seukuran jari-jari telunjuk. Setelah itu? Kami mengungahnya. Rasa manis memenuhi mulut kami. Lalu tiba saatnya dimana kunyahan itu hanya menyisakan rasa tawar saja. Di mulut kami sekarang hanya tertinggal ampas. Kami meludahkan ampas itu ke tanah. Benda tak berdaya diatas tanah itulah yang kita sebut sebagai sepah. Habis manis, sepah dibuang. Memangnya harus diapakan lagi sepah itu jika tidak dibuang? Kita sering menggambarkan hidup yang sudah tidak berguna sebagai sepah. Kita sadar jika sudah tidak berguna, tetapi masih ngotot untuk tidak dibuang. Itu mengindikasikan bahwa ini adalah saatnya untuk mengubah paradigma tentang hidup. Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar memperbaiki paradigma hidup itu; saya ajak untuk memulainya dengan memahami 5 sudut pandang Natural Intelligence berikut ini:
  1. Jadilah pemanis kehidupan
    Disekitar kita begitu banyak orang yang suka minum kopi. Tetapi, saya hampir tidak pernah mengenal orang yang minum kopi tanpa gula. Bahkan sekalipun kita menyebutnya ‘kopi pahit’, ternyata ya menggunakan gula juga. Mengapa gula selalu ada dalam setiap cangkir kopi yang disajikan? Karena gula membuat rasa pahit pada kopi terasa menjadi manis. Anda yang mengetahui rasa asli kopi tentu tahu jika sebenarnya kopi itu mirip arang. Karbon yang tersisa dari benda hangus. Makanya rasanya tidak benar-benar enak. Tetapi, ketika kedalam seduhan kopi pahit itu kita bubuhkan gula; tiba-tiba saja kita menikmatinya. Bahkan menjadikannya sebagai minuman favorit. Bayangkan jika kita bisa membuat rasa pahit kehidupan menjadi terasa manis. Tentunya kita tidak akan lagi harus disiksa oleh rasa pahit itu. Bahkan boleh jadi, kita menjadi penikmat rasa pahit itu. Kita bisa menari dalam deraan tantangan dan rintangan. Kita masih bisa tersenyum ditengah terpaan angin cobaan. Dan kita masih bisa bersyukur meski tengah berada dalam pahit getirnya cobaan hidup. Semoga kita bisa menjadi pribadi yang mampu memaniskan kehidupan.

  2. Jadilah pribadi yang manis, maka pasti selalu dikerubuti.
    Ditempat tidur saya tiba-tiba saja banyak sekali semut. Setelah diperiksa, ternyata ada sisa-sisa gula dari kue kering yang kami makan bersama anak-anak. Ternyata benar; ada gula, ada semut. Para semut tidak lagi memperdulikan lokasi dan situasi. Dimana ada gula, kesitulah mereka berbondong beriringan. Ini tidak hanya benar bagi para semut. Coba saja perhatikan orang-orang yang bisa memberi manfaat bagi lingkungannya. Para dermawan, selalu dikerubungi oleh para pengikut setianya. Para alim ulama dan orang-orang berilmu, selalu menjadi rujukan para pencari pencerahan. Siapapun yang bisa memberi manfaat kepada orang lain, bisa dipastikan selalu dibutuhkan oleh mereka. Kita? Sesekali orang lain itu mbok ya membutuhkan kita gitu loh. Tapi mengapa yang terjadi malah sebaliknya ya? Mereka malah mengira seolah kita ini tidak ada. Sekalipun kita sudah menyodor-nyodorkan wajah kita. Tetap saja masih tidak mereka lihat. Sudah beriklan, bahkan. Tapi juga tidak ditanggapi. Barangkali, karena kita belum bisa menjadi pribadi yang manis bagi mereka. Karena sudah menjadi fitrah manusia untuk mengerubuti segala sesuatu yang terasa manis.

  3. Tetaplah manis, maka sepahmu tidak pernah dibuang
    Mari berhenti untuk marah atau kecewa jika orang lain membuang kita karena mereka menilai kita sudah menjadi sepah. Mereka tidak salah. Kitalah yang harus berpikir bagaimana caranya supaya tidak menjadi sepah. Sebab jika kita masih tetap memiliki rasa manis itu, mereka tidak akan membuang kita, percayalah. Saya mengenal seorang eksekutif senior yang mumpuni. Setelah memasuki masa pensiun dari jabatanya yang tinggi, saya pikir beliau akan menjadi seperti ‘tebu-tebu’ yang lainnya. Ternyata saya keliru. Perusahaan kemudian memperpanjang masa kerjanya dengan system kontrak. Lalu beliau berpindah ke perusahaan lain. Lalu beliau ditarik lagi oleh perusahaan lainnya. Bagi saya, beliau inilah salah satu living legend mereka yang tidak pernah membiarkan dirinya ‘kehilangan rasa manis’. Meski usianya sudah jauh melampaui masa pensiun, beliau tetap manis. Rasa manis yang masih tetap lestari didalam dirinya itulah yang menjadikan beliau tetap menjadi rebutan perusahaan-perusahaan besar. Jadi jika kita tidak ingin menjadi sepah yang dibuang, maka kita harus memastikan bahwa kita tetap menjadi pribadi yang manis.

  4. Nikmatilah rasa manis secukupnya, tidak berlebihan.
    Sekarang, cobalah ambil sesendok gula terbaik yang Anda miliki. Lalu suapkan sesendok gula itu kedalam mulut Anda, dan kunyahlah. Apakah Anda masih menikmati rasa manisnya? Pada dasarnya, semua orang menyukai rasa manis. Namun, tak seorang pun bisa melahapnya terlalu banyak. Kita semua mendambakan manisnya kehidupan. Dan kita sering terlalu serakah untuk merengkuhnya sendirian. Bahkan gula pun mengajari kita bahwa terlalu banyak rasa manis membuat kepala kita pusing, bahkan kita bisa mengalami sindrom toleransi insulin. Sungguh keliru jika kita mengira hidup yang manis itu adalah yang semuanya serba indah. Tidak. Justru hidup yang terlalu indah cenderung menjadikan kita pribadi yang serakah. Semacam sindrom toleransi insulin kehidupan. Tidak peduli betapa banyak insulin yang diproduksi dalam tubuh Anda, gula akan tetap menumpuk dalam darah Anda. Tahukah Anda apa yang terjadi ketika dalam darah kita terdapat lebih banyak gula dari yang seharusnya? Hmmmh, Anda tentu paham yang saya maksudkan. Bahkan rasa manis kehidupan yang terlalu banyak pun bisa membahayakan kehidupan diri Anda sendiri. Maka nikmatilah rasa manisnya kehidupan, namun tidak perlu berlebihan.

  5. Semanis apapun kita, tidak akan lepas dari fitrah
    Sepah di kebun tebu kami jumlahnya tidak terlalu melimpah. Namun jika dibiarkan tetap saja menjadi sampah. Kami punya banyak pilihan untuk memperlakukannya. Jika kami membuangnya ke kolong kandang domba, maka sepah itu akan menambah nutrisi pada pupuk kandang yang kami dapatkan. Jika kami membuangnya ke kolam ikan, maka dia akan menjadi tempat tumbuhnya plankton dan jentik-jentik makanan penggemuk ikan. Jadi, apanya yang terbuang dari seonggok sepah? Tidak ada. Sepah benar-benar menyadari bahwa dia tidak bisa melawan fitrah. Semua orang yang pernah muda akan menjadi tua. Semua yang gagah perkasa akan menjadi tak berdaya. Semua yang kuat menjadi lemah. Itulah fitrah. Tetapi mari sekali lagi kita lihat sang sepah. Bahkan setelah masuk tempat sampah, dia tetap saja menjadi anugerah. Jika kita ikut mengimani konsepsi hidup setelah mati, maka kita lebih beruntung lagi. Karena dengan keyakinan itu kita kita bisa berharap memetik buah manis tabungan kebaikan yang pernah kita lakukan semasa hidup. Kita boleh berharap itu, karena iman kita mengajarkan bahwa setiap amal baik yang pernah kita lakukan atas nama Tuhan, akan membuahkan imbalan yang sepadan. Beruntunglah kita yang percaya, karena setidak-tidaknya kita memiliki harapan; bahwa fitrah kita adalah untuk mempersiapkan tempat pulang alam keabadian.
dikutip dari sini.
Credit to agan wonxmbelinx

Tips Untuk Sang Pemalu



Orang-orang dengan sifat pemalu secara naluri menyimpan kesadaran kalau diri mereka terlewatkan dari orang lain. Sifat pemalu biasanya membuat seseorang kehilangan kesempatan, kurang mendapat kesenangan dan terkucil dari hubungan sosial. Sifat pemalu dapat membawa banyak kerugian. Tapi bagi Anda yang memiliki sifat ini, tak perlu berkecil hati, karena pada dasarnya ada banyak cara untuk mengusir jauh-jauh sifat yang merugikan ini.

Sebenarnya, formula dari rasa malu terdiri dari ‘terlalu berpusat pada diri sendiri’ dicampur dengan rasa gugup. Dan ada paduan yang lebih tak menyangkan, saat rasa malu itu mempengaruhi fisik Anda dengan cara ‘membajak’ ketenangan logis. Rasa malu adalah sebuah kombinasi dari kegugupan sosial dan pengkondisian sosial.

Untuk mengatasi rasa malu ini, yang Anda butuhkan adalah belajar bersikap rileks dalam pergaulan sosial. Dibutuhkan usaha untuk mengarahkan diri Anda jauh dari terlalu berpusat pada diri sendiri, serta memberi diri Anda ruang untuk mempraktekan kemampuan bercakap-cakap. Dalam kebanyakan kasus, emosi yang memuncak dalam bersosialisasi membuat orang menanggapi berbagai kejadian dengan rasa takut. Untuk memulai mengurangi rasa malu, bagi Anda yang pemalu, ada beberapa hal di bawah ini yang mungkin dapat Anda praktekan.

  • Pikirkan tentang cara Anda merasa dan bertindak di sekitar orang-orang yang telah Anda kenal, dimana Anda bisa merasa nyaman dan bersikap spontan. Alihkan perasaan itu saat Anda bertemu kenalan baru, begitu pula dalam situasi yang membuat rasa percaya diri Anda memudar
  • Hindari terlalu memperhatikan diri Anda sendiri. Tentu saja, Anda boleh sedikit memikirkan tentang bagaimana Anda akan melewatkan perbicangan dengan orang banyak, tapi jika seluruh fokus Anda tercurah pada kata-kata sendiri dan perasaan Anda, selanjutnya Anda akan mulai merasa gugup sendiri. Ingat-ingat apa yang dikenakan oleh orang lain dan buat catatan tersendiri, dengarkan apa yang mereka perbincangkan, bayangkan dimana mereka tinggal, buat sebuah garis besar atau ingat-ingat nama mereka. Hal ini bukan hanya memberi Anda bahan perbincangan, tapi juga mencairkan ketegangan dalam bersosialisasi dan membuat perasaan Anda lebih tenang.
  • Buat pertanyaan terbuka pada semua orang. Banyak orang yang lebih senang bicara tentang diri mereka sendiri, dan temukan sebuah topik yang membuat orang lain tertarik. Apa yang membuat mereka tertarik akan membuat perbicangan berjalan menyenangkan bagi semua orang. Selalu ajukan pertanyaan yang memungkinkan jawaban lebih dari ya/tidak.
  • Berhentilah percaya pada imajinasi Anda. Mungkin Anda pernah membuat gambaran tentang sebuah liburan yang menyenangkan dan pada kenyataanya jauh berbeda dari yang Anda bayangkan. Itu menunjukan beatapa tak dapat dipercayanya bayangan kita sendiri. Berhentilah memikirkan apa yang dipikirkan orang lain, karena apa yang dipikiran orang lain tentang Anda, belum tentu sama persis seperti bayangan Anda.
  • Berhentilah memikirkan ‘segalanya atau bukan apa-apa.’ Pemikiran ‘pasti begini/pasti begitu’ tertuang saat Anda mengalami emosi. Orang-orang yang sedang depresi, marah dan gelisah melihat kenyataan dari hal-hal ini dengan perbedaan yang ektrim. Bagi orang yang sedang marah ‘Anda salah’ dan ‘mereka benar,’ orang yang marah akan melihat dirinya ‘gagal’, sedang yang lain ‘berhasil.’ Jadi berhentilah berpikir kalau Anda mungkin telah mengatakan hal yang salah, atau orang lain akan membenci Anda. Saat Anda merasa rileks dalam pergaulan sosial, Anda juga akan mendapat lebih sedikit peringatan dari diri sendiri, karena dalam keadaan gugup, biasanya Anda akan mulai berpikir tentang segalanya atau bukan apa-apa.
  • Nikmati waktu Anda. Hindari mengatakan hal-hal tanpa berpikir terlebih dulu. Ajukan pertanyaan, dan jika mendapat pertanyaa. Anda dapat mempertimbangkan jawaban terlebih dahulu sebagai tanggapan Anda, jangan asal menjawab tanpa berpikir. Jawaban yang diluncurkan dengan perlahan merupakan cara bersikap santai.
  • Gunakan latihan hipnotis. Hipnotis merupakan cara tercepat untuk mengubah tanggapan instink/emosi Anda dalam setiap situasi. Hanya pikirkan bahwa pikiran dan tubuh Anda dalam keadaan rilek sewaktu bertemu orang baru. Sebenarnya, sewaktu Anda merasa santai seringkali Anda akan menemukan saat yang tepat untuk menerapkan hipnotis agar merasa lebih percaya dirisaat berhadapan dengan orang-orang baru, dan tentu saja pada titik ini rasa malu akan tersingkir dengan sendirinya. Bagi Anda yang memiliki masalah dengan rasa malu saat bertemu dengan kenalan baru, dapat Anda mencoba tujuh tips yang kami sampaikan di atas. Dan semoga setelah itu Anda akan lebih percaya diri saat bertemu orang-orang baru dalam pergaulan sosial.

Dikutip dari sini.
Credit To agan lordxxx.